1.
Perkembangan
Teori Organisasi
Professor
Weil bercerita, teori organisasi
,erupakan teori yang berusaha untuk menerangkan atau meramalkan bagaimana
organisasi dan orang-orang berperilaku dalam berbagai strukturorganisasi,
budaya, dan lingkungan. Beberpa teori organisasi dapat saling menyesuaikan
(compatible), dan di banggun oleh konsep teori lainy. Teori-teori itu banyak
memepergunakan istila, bahasa, jargon yang sama.
A. Teori Organisasi Klasik
Tidak ada ketentuan tanggal, bulan, dan tahun di
mulainya teori organiasasi klasik ini.
Kapan di mulainya ? tidak ada keteranggan tentang
itu, hanya satu jejak yang dapat menelusuri pertanyaan di atas.
Teori organisasi klasik masa dominasiny dimulai
sekitar 1930an, dan sampai sekarang masih di akaui memepunyai pengaruh yang
besar, kata markle pada tahun 1980. Bertahun-tahun kemudian, teori klasik
memperluas kawasan dan jangkuanya dasar asumsi dan ajaran-ajaranya, sebenarnya
berakar pada revolusi industry 1700an, dan profesionalisme dari “mechanical
engineering” “industrial engineering” dan ekonomi, dasar itu nampaknya sampai
dominasinya tahun 1930an, tidak pernah berubah.
Ajaran pokonya sebagai berikut
a.
Organisasi
itu munjul untuk mencapai produksi dan tujuan-tujuan ekonomi.
b.
Hanay
ada satu cara terbaik untuk mengorganisasikan produksi, dan cara itu dapat di
jumpai melalui penelitian yang sisitematik dan ilmiah.
c.
Produksi
dapat di maksimalkan memalui spesialisasi dan pemnagian kerja
d.
Oaring
dan organisasi bekerja haruslah sesuai dengan prinsip-prinsip rasionalisasi dan
efesiensi.
Padangan para pemikir teori organisasi klasik
seperti yang tercemin dalam ajaran di atas, menunjukan refleksi dari nilai
social yang hidup saat itu, waktu itu memang meupakan waktu yang, ”harsh”
.hak-hak sebagi manusia dalam organisasi belum di hargai semestinya. Manusia
masih dinaggap sebagia bagian dari produksi, setaraf dengan mesin yang menjadi
bagian dari produksi pula. Denagn demikian manusia seabaia individu, yang
memepunyai harga diri, dan persaaan, dan pikiran yang hakiki tidak hargai sebai
seharusnya. Itualh sebabnya, konsep teori organisasi dapat di pahami dengan
konteksnya yang hidup saat itu.
Selain itu dalam kelompok teori organisasi klasik
ini tercatat, nama Max Weber (1864-1920). Seorang sosiologi yang cendiaka yang
memepersembanhkan kepada dunia suatu organisasi yang birorasi, Teori birokrasi
talah mamapu bertahan dan mendominasi samapai pada zaman teori kontemporer.
B. Teori Organisasi
Neoklasik
Teori organisasi neoklasikini sebenarnya tidak ada
rumusan yang tepat dalam kaitanya denagn teori organisasi. Kapan mulainya.
Sulit di tentukan. Hanya sebagai perkiraan, dapat dikatakan bahwa toeri klasik
terjadi sebelum pernag dunia kedua, maka teori neoklasik in diperkirkan setelah
perang sampai dengaan 1950-an. Jika diikuti berbagai teori organisasi yang
mencapai reputasinya di sekitar perang dan hingga lima puluhan, Nampak para
pendukungya tidak memepunyai konsep teori yang jelas, berbeda debgan teori
klasik yang jelas konse,saran, dan lingkup kajianaya, sehingga teori noeklasik
tidak mengembaknagan sesuatu “body of theory” yang dapat menganti teori
organisasi klasik.
Walaupun demikian, aliran teori neoklasik ini
amatlah penting dalam perkembanggan teori organisasi, aliran ini mendapat
tempat dalam sejarah perkembanggan teori organisasi di amaerika serikt. Akan
tetapi aliran ini dianggap sebagia pemuda pemberontak (a rebellious teenager),
karena tidak mampu bertahan berdiri diatas konsepnya sendiri. Aliran neoklasik
dinggap sebagi transisi dan reksioner dari aliran teori organisasi klasik
Menggapa aliran teori neoklasik ini di anggap
sanggat penting di dalam perkembnggan teori organisasi ? jawbanya antra lain:
pertama, aliran neoklasik ini dianggap gerakan yang berinisiatif mlepaskan dari
pandangan ekanisme yang sederhna dari teori organisasi klasik. Aliran teori
neoklasik memanantang beberapa ajaran teroi klasik. Teori klasik saat itu
merupakan satu-satunya alira yang ada. Kedua, dalam proses menantang teori
klaasik, aliran neoklasik mengujakan isu dan teori yang dapat di pergunkan
sebagai landasan dan pedoman bagi pengikutunya, hal ini terbukti bahwa hamper
semua artikel yang di tulis pada tahun 1960-an mengutip ahli-ahli dari alian
neoklasik.
Aliran neoklasik ini memainkan peranan yang amat
penting di dalam perkembangagn teori organisasi, para pendukungny memberikan
pemikiran-pemikiran yang entelektual dan emperis uantuk menyedehanakan dan
menyempurnakan aliran klasik, aliran neoklsik inilah yang mengawali konsepsi
“buka-pintu” organisasi terhadappngaruh limgkumgannya, denagn kata lain aliran
neoklasik ini merupakan aliran system terbuka (open system) dari teori
organisasi, sedangkan aliran klasik merupakan perwujudan dari system penutup
(closed system).
C. Teori Organisasi Struktural Modren
Bisanya kalau seornag membicarakan structural
organisasi, yang di kemukakan antra lain tata hubungan yang relative stabil
antara jabatan-jabatan dan kelompok jabatan yan ada dalam suatu organisasi, Teori
organisasi structural, membahas mengenai defesiansi vertiakal (misalnya tata
jenajang organisasi< otorita, koordinasi) dan deerinsiasi horizontal antara
unit-unit dalam suatu organisasi. Bagan organisasi merupakan satu-satunya alat
yang memerjelas ketrangan ahli-ahli teori organisasi structural ini.
Beberapa asumsi dasar atau pokok ajaran aliarn ini
dapat di simpukan sebagai berikut:
1)
Organisasi
itu merupakan suatu instisi yang rasional denagn maksud yang mencapai tujuan
yang telah di tetapkan, perilaku organisasi yang rasinal dapat di capai dengan
baik melalui suatu sisitem aturan yang jelas dan otoritas yang formal,
koordinasi dn penggendalian merupakan kunci tercapainya rasionalisasi dalam
organisasi
2)
Struktur
organisasi dikatakan baiak bagi organisasi, atau paling sedikit sesuai dengan
organisasi, jika struktur tersebut sesuai dengan:
a.
Tujuan
yang hendak di capai
b.
Kondisi
lingkungan yang mengilingg organisasi
c.
Sifat
produksi atau layanan yang di hasilkan/diberikan dan teknologio yang di
ergunakan dalam proses produksi/pelayanan tersebut
3)
Spesialisasi
dan pembagian keja akan dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas
produksi/pelayanan, apalagi kalau diimbangi dengan kecakapan pelaksanaan dan
professional yang tinggi.
4)
Hamper
semua persolan (problems) dlam organisasi di akibatkan oleh struktur
organisasi. Oleh karenanaya cara mengatasinya menyempurnkaan atau menganti
struktur tersebut.
Para pemikir dan pendukung teori structural modern
ini, antara lain,: Tom burns dan G.M Stalker, keduanya dari institute Tavistock
di London, Inggris, Amitai Etzioni, Peter M. Blau,Rhicard M, Scott, Arthur H.
Walker, Jay W, Lorsch,Paul R, Lawrence, dan termasuk pula Henry Mintzberg.
Etzioni memakai analisa matrik tiga-kali-tiga
terhadap tujuan organisasi (antara lain; order/control goals,economic/financial
goals dan cultural/symbolic goals) dengan struktur “compliance” kesimpulan
etzioni dlam analisa matriknya bahwa:
1)
Organisasi
yang mempunyai ”order goals” cenderung mempunyai suatu struktur “compliance”
yang memaksa (coercive)
2)
Orgtanisasi
yang mempunya “economic-golas” cenderung memepunyai struktru “omplaince”yang
utilitarium
3)
Organisasi
yang mempunayai “cultural-goals” cenderung mempunyai struktur “compliance” yang
normative
D. Aliran Organisasi
Sistem dan Kontijensi
Sebenarnya ilmu-ilmu social memakai pendekatan
analisa system sudah dimulai sejak perang dunia kedua, untuk mengamati
ungkapan-uangkpan perilaku manusia ini, tidak terkecuali lanpangn manajemen dan
organissi yang dpat di katakana sebagai ilmu dari ilmu-ilmu social tersebut,
akan tetapi secar serius para ahli sosialisasi memeprhatikan pendekatan
analisis ini baru sekitar 1966-1977. Pada tahun itu, dua penulis terkenal,
Robert Katz dan Daniel Kahn, menerbtkan bukunya, The Social Psychology of
OPrganization. (1966). Disini Katz dan Khan, mengartikulasikan konsep
organisasi itu sebagai “open system” (system terbuka). Penulis lain james D.
Thompson, mengumukakakn suatu statemen yang kental tentang sisitem yang
“rasional” dn pendekatan kontijensi bagi suatu organisas. Statemenyaitu
dikukuhkan dalam bukunya Organization in Action yang di terbitkan pada (1967).
Aliran system dan teori organisasi mempunyai dua
tema konseptual atau komponen yang pokok, yakni: (1) pengertapan teori general
systemnya Ludwig von bertalanffy (1951) dalam organisasi dan, (2) pengunaan
teknik dan metode kuantitatif yang memamhami hubngan yang kompleks antra
variable-variable organisasi untuk mengoptimlkan keputusan yang di ambil.
Bebrapa konsep pemikiran aliran system dalam
organisasi ini berdasasrkan pemikiran-pemikiran aliran klasi. Norbert Wiener,
seorang dari aliran klasik tahun 1948 menerbitkan bukunya cybertnetic. Konsep
sibernetik dari Wiener ini yang mengemukakan bawha suatu organisasi itu system
yang adptive. Analisis aliran tepri system ini Nampak jelas mempergunkan metode
kuantitatif dan model. Dalam hal ini secara filasofis dan metedologis aliaran
teori mirip dan sangat dekat dengan aliran managemen ilmiah yang di pelopori
F.W Taylor. Managemen ilmiahnya tay;or juga memakai teory metode kuantitaif
untyk menemukan “suatu cara terbaik” sedangkan aliran teori system memakainya
untk menemukan pemecahan masalah yang optimal (optimal solution) dalam
kenyataan, pendekatan konseptual dalam aliran konsep ini sangat mirip, itulah
sebabnya aliran teori sisitem dalam organisasi ini serin kali di namakan
“managemen science” atua administrative scince” awas hati-hati jangan saalsh
menyebut deangan “scientific managemen” karena istilah yang terakhir itu
menjadi atribut dari aliran taylor.
E. Aliran Power dan
Politik dalam Organisasi
Barangkali terjemahnya yang mendekati kecocokan dari
istilah “power” ini ialah “kekuasan”. Kalau demikain, maka kita semua telah
banyak mengetahui dan mememahmi kekuasan itu, pertama kali dalam hidup kita,
kita masa kanak-kanak, kita mengenal kekuasaan sewaktu ibu berkta dan me;atrang
kita yang dianggapnya membahayakan kita. Dengan demikian, pemahaman kita
tentang kekuasaan, itu bukan barang lagi bagi kita, yang terbaru ialah,
bagaimana mengitelektualisasikan pengertian dan pemahaaman terdebut.
Aliran kekuasan “power” menolak asumsi sedimikan
itu. Organissi bukanlah naïve, tidak relistik, dan bukan pula kehabisan nilai
praktisnya, organisasi system koalisasi antar individu yang kompeks, setiap kegiatanya
memepunyai interes, kepercayaan, nilai, prefrensi, persfektif, dan persepsi
sendiri. Koalisi antara individu ini kejar mengejar dengan kelangkaan sumber
(resource) organisasi secara terus menurus.
Kekuasaan merupakan persoalan yang abadi dalam organisasi
hal ini ditimbulkan karena adanya spesialisasi dan pembagian kerja ini akan
mengakibatkan timbulnya ksetuan-kesatuan kecil atau organisasi-organissasi
kecil yang memepunyai tingkat kepentingan yang berbeda satu sama lain,
kesatuan-kesatuan inin saling berkompetisi dengan sumber-sumber organisasi yang
langka, demikian pula dengan koalisi yang bersifat transit tadi. Pokok-pokok
penmikiran diatas pernah di kemukakan oleh james D. Thompson dalam bukunya
Organization in action.
Aliran structural modern dlam teori organisasi
menemptkan “legitimate authpority” (yakni otoritas yang mengalir ke bawah
mealalui hirarki organisasi) dan aturan formal pada tem,pat yang terpenting.
Strukturis (ahli dan penganut structural modern) cenderung merumuskan power
sejalan dan sama dengan ototriatas. Alira power dan politik dalam organisasi
menekankan bahwa “authority” dan powewr di butuhkan untuk pengrahan (tidak
hanya untuk yang mengalr kebawah mealalui hirarki organisasi). Dengan demikian
untuk memahami perilaku dalam organisasi, sebaiknya di pahami terlebih daulu
siapa-saipalkah “influencers” yang tampil, kebetulan apakah yang inggin di
carinya dalam organosasi, dan bagaimakah kemampuanya melaksanakan power untk
memenuhi kebutuhan tersebut, dalam salah satu baba bukunya tersebut, Mintzberg
membahas siapakah “influencers” tersebut, dimana posisinya, dan dariaman asal
power yang dimilikinya, bab itu ia beri judul, “The Power Game and The Player”
adad sebelas kelompok yang di mungkinkan sebagai “influencers” dari sebelas it,
lima kelompok dari kolisi luar tersbut anatara lain: para pemilik organisas,
asossiasi, (suppliers, klien, para pesaing, dan lain-laniya) serikt kerja,
organisasi kemasyrakatan, dan dewan direktur, adapun enam kelompok dari dalam
anatara lain: kepala eksekutif, produser, pimpinan lini, analysts (staf
spesialis) penjabat staf, dan yang terakhir menurut Mintzerbeg adlah ideology
organisasi, ideology orgaisasi ini, menurut dia merupakan serakaian kepercaan
yang disebarkan, (sbared) oleh influencers, dari dalam untuk memebedakan dengan
orgaiasi lainya, factor organisasi ieologi organisasi ini nmapaknya merupka
perhatian dari aliran terakhir teori organisasi, aliran kultur yang akan di
bahas berikut ini.
F. Aliran Teori Kebudayaan Organisasi
Aliran teori terbru saat sekarag ini, dan sering di
sebut controversial adalah aliran kebuayaa, teori-teorinya berdassrkan
asumsinya tetnag organisasi dan orang-orang yang berda di dalamnya. Asumsinya
itu sangat berbeda dengan “mainline” dengan organisasi sebelummya.
Apakah yang di maksud dengan aliran kebudayaan
organisasi ?Jawabanya dapat dikemukakan sebagi berikut: pertama, suatu aliran
teori organisasi yang menekankan pada suatu kebudayaan yang hidup dalam
organisasi, kebudayaan yang hidup itu mestinya tidak bisas melepaskan dari
kebudayaan yang hidup dari masyarakat tempat organisasi itu berkiprah.
Kebudayaan ini terdiri dari segala sesuatu yang tidak di raba (intangible
things) antara lain: nilai, kepercayaan, asumsi, persepsi, norma perilaku, da
pola, (pattern) sikap.kesemuanya itu tidak bisa dilihat dan di amatoi secar
ksast mata. Akan tetapi semuanya merupakan kekuataan yang selalu berada di
belakang kegiatana dan aktivitas organisasi yang dadapat di lihat dan dianmati
oleh mata kepala kita, menurut kilma dan teman-temanya (1985) dalam buku mereka
Gaining Control Of The Corporate Culture, kebudayaan organisasi merupakan
energy social yang dpat mengerakkan orang-oran untuk bekerja, “budaya bagi
organisasi laksana bagi kepribadian manusia
sesuatu yang tersembunyi, akan merupakan
tema yang menyatukan dan yang memeberiakn arti, pengrahaan dan
mobilitas”.kedua, aliran kebudyaan organisasi merupkan aliran terbaru, suatu
aliran orgnisasi memandadng, memikirkan, menganalisis, mempelajari, dan mencoba
memahami organisaasi. Seperti halanya aliran power dan politik. Aliran
kebudayaan memusastkan perhatiaya kepada “counterculture” dalam teor
organisasi, asumsi teori, dan pendekatanya sasngat berbed dengan
pendukung-pendukung aliran strukturul modern dan aliran system, aliran kebudayaan
iniberbeda pendapat denagn kedua aliran dalam hal misaslnya, bagaimana
organisasi membuat keputsan , dan bagaimana serta mengapa orang0oranf dalam
berperilakau seperti yang mereka lakukan.
Aliran kebudayaan ini tergolog masih muda, karena
msih tergolong masih muda maka tidak bisas dihindari dengan adanya
perselisiahan, dan pertengkaran mempersoalkan perlu tidaknya, manfaat tidaknya
aliran ini, namaun demikian, diantara perselisuhan itu nampaka adnaya
persetujuan (consencus). Consensus diantara mereka itu antara lain:
a.
Mereka
setuju bawha organisasi telah timbul
b.
Tipa
kebudayaan organisasi relative mempunyai keunikan
c.
Kebudayaan
organisasi di bangun oleh konsep-konsep social
d.
Kebudayaan
organisasi memberikan kepada angaotanya suau vara untuk memahai arti peristiwa
dan symbol
e.
Kebudayaan
organisasi merupakan pelatuk yanag amat berpengaruh dalam memgrahkan perilaku
organisasi, ia berfungsi sebagi mekanisme control terhadadp organiasi, dan
penentu dari pola perilaku.
2. Birokrasi: Suatu
Pengalaman Diri
Sehabis diinaugrasi di sithinggil akhir 1969 saya
tidak mempunyai rencana mau bekerja di mana, satu-satyu rencana yang ada saya
harus menemui ibu yang tidak bisa dating menyertai say menerima ijazah
doktorandus pospol. Dai seorang wanita yang mulia yang sudah bersusah payah
membiayai anaknya sekolah, saya tidak menyia-yiankan kesemptan yang telah di
beri beliau unuk belajar, untuk itu saya harus segera pulang untuk menyerahkam
ijazah ini kepada ibuku.
Ketiak kami melamgkah memalui tangga sitihinggil dan
memalui bamgsal pagelaran, saya di hmpiri oleh seorng dosen senior. Dia
menawari saya beerja sebai dosen.
“datanglah besok ke kantor saya sekitar jam sebilan
pagi”katanya setelah memberikan anjuran kepadda saya dan menjelaskan segala
sesuatu yang menguntungkan kalu menjadi dosen.
Tawaran dosen ini benar-benar suatu godaan yang
membelokkan niat untuk seger pualang, sementra itu, di tempat pondokan saya
telah dating telegram dari Jakarta, dari seorang tokoh nasionalyang memanggil
saya ke Jakarta segera menemui beliau, saya kagum sekali dengan tokoh ini,
sayingnya beliau wafat di usai muda kecelakaan lalu lintas di luar negeri.
Setealh semua urusasn dengan fakultas saya
selesaikan, termasuk lamaran saya menjadi dosen, saya berangkat ke Jakarta
menemui tooh yang saya kagumi itu, berbulan-bulan saya di Jakarta niat menemui
ibu selalu tertunda sampai saat pada akhirnya saya mendapat interlokal bahwa
ibu saya sakit.
Dalam perjalanan pulang ke bojonegoro, jawa timur,
saya mampir ke jogjkrta menemui dosen senior yang mengusulkan saya menjadi
dosen, pagi itu saya berpakain baju lengan pangjang berwarna putih dan celana
woll berwarna coklat matang, sepatu yang say beli seaktu mau ianugurasi saya
pakai dengan kaos kaki nilon coklat, becak yang say naiki dari kampong kidul
tempta say mondok dulu berhenti di depan pergelaran timur. Setealh saya bayar,
dengan langkah mantap saya pun menemui beliau.
“dik, apakah menjadi mahasiswa pernah menentang
kebijaksanaan universitas ? Tanya setealh kami berbicara menanyakan kesehatan
masing-masing kemudian dia bertanya lagi: “ketika aktif di organisasi ekstra
mahasiswa, pernah menentang kebijakan fakultas dan universitas ? ada salah
seorang dosen keberatan adik mencalon karena hal-hal tersebut. Dua ornag yang
bersama-sama adik diusulkan telah dip roses ke Jakarta, sementara ini beras
adik masih dip rosessannya” demikian penjelasan dosen saya tadi.
“seinggt saya, belum pernah say ini menentang
kebijakan pimpinan, kalau soalaktif di organisasi ekstra, memangya sih aktif
dan itupun banyak manfaatnya,” saya berusaha menjelaskan.
“ini birokrasi dik” kata bekas dosen saya tadi.
“siapa yang disenangi akan masuk lingkaran patrotnya, dan siapa yang tidak di
sukai silit mendekati lingkaran tersebut”. Katanya sambil menjabat tangan saya
ketika saya berpamitan.
Itulah pengalaman pertama saya dengan birokrasi,
sulit rasanya saya melupakan hal itu, pengalaman pertama, menururt banyak
orang, memang sulit di lupakan, apa pun yang pertama, memberikan kesan yang
lain dari yang kedua, ketiga atau yang kesian kalinya.
Diatas becak yang membawa saya meninggalkan
pegelaran, saya teringat kuliah di bakaloreat dulu luruang B pagelaran timur. Salah
seorang dosen teori organisasi mejelaskan kuliah tentang birokrasi, bercerita
mengenai tigkah laku presidenjackson di amerika serikat, sewaktu Jackson menang
pemilihan menjadi peresiden, seakan-akan dia menang perang, maka semua
rampasasn menjadi miliknya, karena partainya menang, maka semua jabatan
administrasi pemerintah, diisi orang-orang dari partainya, tingkah laku Jackson
ini mendapatkan banyak kritakan saat itu, salah satunya dari salah seorang
anggota konggres dengan menyindirnya dengan rampasan perang tadi, akibat
tingkahnya yang kelewatan serkah itu, sejak saat itu perbedahraan administrasi
negar menambah istialh baru lagi, yakni “jacksonism” sekarang ini, menurut
dosen saya tadi yang berkuliah, bentuk baru dari jacksonism bamyak diikuti oleh
birokrat, misalnya menggangkat oegawawi sanak familinya, dari sesame
golongnanya, atau sama-sama lulusan universitasnya, nampaknya amammater saya
memberikan frangmentai cara kerja Jackson.
Victor Thompson, tokoh literature birokrasi,
berucap: “birokrasi tidak mengenal belas kasihan. Tidak pula mengeanl cinta
kasih” dikatakan selanjutnya bahwa birokrasi itu bersifat”infersonal”. Semua
hal yang bertalaian dengan pribadi tidak berlaku di birokrasi, sauatu hari,
kata Thompson bercerita, ada sepasang suami istri muda di amaerika serikat yang
baru sajaa menikah. Suaminya ditugaskan di Vietnam, dan istrinya yang perawat
itu mengajukan permintaan untuk di tugaskan di Vietnam bersam suaminya,
disetujui mereka berangkat ke medan laga perang di Vietnam, setealh selang
beberapa bulan di Vietnam, suaminya di tugaskan perang di daerah tertentu,
istrinya memeohon supayay bersama-sama ditugaskjan di tempat tersebut, pe rmohonannya di tolak, denagn alas an bahwa
yang di tugaskan perang adlah prajurit bukan perawat. Inilah birokrasi,
sifatnya tidak mengenal urusan pribadi, kata Victor Thompson.
Pengalam kedua, ketika telah beberapa tahun di
birokrasi. Waktu itu, saya diikutkan dalam sebuah proyek, banyak di banggakakn
waktu itu, karena orang mengetahui banyak dannya, sayapun ikut bengga diikut
sertakan dalam proyek penenlitian. Pimpinan proyeknya dosen senior yang
terkenal disiplin, ornagnya jarang tertwaw, atau bicara. Kalau memeang tidak
perlu untuk bicara, walaupun berjumpa di pintu masuk kantor, tidak usash
bicara, saya ditugaskan di lapangan riset, bersam angotta laianya yang juga
dosen senior, teman saya riset ini, mengtakan tidk usah gelisah dan kwatir, itu
hal yang biasa, tidak usah merasa berdosa katanya, masyallah, asal namanya
proyek bebas dosa. Semoga saya tidak berdosa, batin saya berucap. Apa hubungan
dengan birokrasi ? barangkali anda akan bertanya, begini: saya di tugaskan
kelapangan itu di sertai surat perintah jalan (SPJ) oleh pimpinan proyek, surat
ini di tanda tanggani dan di cantumkan tanggal berangkatnya dari jogja oleh
pimpinan proyek, setalah satu minggu riset, sasya kembali pulang. Pagi harinya,
senin, saya aporkan hail penelitian saya dengan menyerahkan (SPJ) tadi, setealh
Spj diterima dan diamati, maka di tegorlah saya. Dalam Spj saya tidak di jatumkan
tanggal pulang oleh pejabat yang saya kunjungi, lalu say jelaskan, sebenarnya
saya tidak mengetahui kalau diissi tanggalnya. Apakah tidak bisa saya idi
sendiri, kata saya waktu itu, dijawab tidak bisa, harus pejabat yang
dikunjunggi, “apa saya harus kembali ke Kalimantan”? Tanya saya kesal
“terserah” jawbnya angkuh. “pokonya harus pejabat yang di kunjunggi” ktanya
sambil muka melihat kea rah lain, tidak mau menbatap saya. Saya pun menjadi
maklum pemimpin proyek ini terkenal desipli
Disiplin merupakan sifat lain yang menonjol dalm
birokrasi. Terngiang lagi kuliyah di pagelaran kesultanan ngayokyokarto. Dosen
saya dengan suara yang datar tetapi bermutu, menegaskan bahwa birokrasi itu
cirinya harus disiplin. Artinya, kata dosen saya waktu itu, harus menegakkan
aturan yang telah di sepakati atau yang telah di tetapkan, untyk itu tiddak
kompromi yang menyimaoang dari aturan tersebut. Dadlam kataa latin birokrasi
tidk mengenal istialah kebijaksanaan, istilah yang semula memepunayai arti yang
baik.krean sering digunakan untuk melanggar hal-hal yang berkaitan dengan
birokrasi, lalu dikenl artinya kurang menyenangkan, seperti istilah birokrasi
itu seniri, semula memepunyai arti ayang baik. Akan tetapi bentuk realita
perubahan , birokrasi sering memepertunjukan hal-hal yang bebau negatof.
Akibatnya, orang lalau menunding birokrasi itu jelek. Demikian kuliah di
pagelaran, yang sekarnag keadianya saya tetap sendiri di tempat kerja.
“desiplin sebagai sifat birokrasi akan lebih efektif
didearti dengan saudara kembarnya, yakni sifat formal yang berlebihan” kata
dosen say dalam kuliyah lanjutnya, sifat formal yang berlibihan ini sama sekali
tidakakan memberikan tempat terhadap hal-hal yang bersifat informal, perwujudan
dri sifat ini ialah selalu mengembalikan urusan pada peraturan resmi (formal).
Bunyi peraturana begini, saya tidak bisa
berbuat lain. Kata-kata ini popular bagi pejabat macam ini, akibat lain
dari formalitas ini, birokrasi acapkali ,melihat orang-orang disekitarnya
seperti mesin otomatis penggerakbirokrasi, harkat manusioa sebagai makhluk
utama ciptaan tuhan mulai lambat laun menurun derajatnya.mausia dianggap mesin
bisa digerakkan semua pimpinan. Tanpa mau menyadari peraasaaan dan persefsinya.
Jarang bicara, jarang tersenyum. Adamya diam dan bekerja sperti mesin. Ah lucu
sekali, mana ada mesin bisa tersenyum.
3. Percakapan
Imajiner dengan Max weber
“kalau kumpulan mereaka itu tidk diatur, kerja
mereka bisa acak-acakan, semrawut, tidak rasional dan tidak efesiens. Jadi aku
ciptakan model ini bertujuan agar dalam organisasi itu tercapai rasionalitas.
Semua yang bernada pemborosan,yidak past, tidak menyakinkan, tidak ada aturan ,
dan mubazir dapat di atasi dengan konsepsi model saat ini.”
“nampaknya menarik sekali model tuan ini,” sela saya
menimpali.
“ya, memang menarik,” jawabnya sambil
berbatuk-batuk.
“dapatkah model macam tuan ini diterapkan di semua
bentk masyarakat manusia?”Tanya saya.
“apakah model itu bisa di terapkan di Indonesia, di
negara saya yang berda dengan tuan”, Tanya saya menjelaskan.
“itu pertanyaan bagus. Dan saya jawab bisa,” katanya
sambil tersenyum, Nampak giginya masih lengkap. Saya terkejut. Setua ini
giginya masih lengkap, gigi palsu barang kal.demikian pikirku.
“kalau model saya ini saya ciptakan hanya untuk
masyarakat saya saja, ityu penalaranya sempit tuan, karean itu saya rancang
secara umum untuk menampung prinsip-prinsip organisasi manusia itu,” dia
berbatuk-batuk lagi. Nampaknya batuk yang menua dan kronis, matanya bekaca-kaca
mungkin pengaruh batuk tadi, sementara dia batuk, pikiran saya teringgat apa
yang di katakan karamer lagi. Model yang di kemukakan weber merupakan suatu
“ideal type” suatu ideal tipe merupakan konstruksi metodelogi yang berusaha
untuk menginplementasiakan bentuk yang murni atau gejala ideal yang inggin
digeneralisasikan,. Walaupun seseorang mampu memahami beberapa sifat yang dapat
mengambarkan ideal dari suatu gejala-semisal birokrasi iniia tidak akan mampu
menjumpai semua sifat-sifat tersebut dalam bentk aslinya.
Apa
yang di kemukakan Kramer tersebut bertentanggan dengan jawaban weber sendiri
ketika saya Tanya di atas: dia menjawab pasti bahwa onsepsi bisa diterapkan di
sembarang masyarakat dan di sembarang organisasi serta tdiak mengenal bnetuk
organisasi khussu atau spedifik pada masyarakat tertentu. Barangkali, karena
dia yang punya konsep, mestinya jawabanaya serba baik dan menyakinkan.
Saya
lihat batuknya sudah mereda, di keluarkan cerutunya dan di suutkan dengan korek
api yang sudah butut warna di hisapnya asap cerutunya dalam-dalam.pantas,
pikirku, batunya meledak-ledak.
“dengan
senang hati” jawabnya dengan senyum. Dan dari kaca mata tebalnya saya lihat
matanya berbinggar menunujukan kegimbaraan.
“setiap
organisasi, apakah itu pemerintahan dan nonpemerintahan, fungsinya sellu di
atur sebagai berikut: pertama, harus ada prinsip kepstian dan hal-hak yang
berbau kedinasan harus diatur berdasarkan hokum, yang biasasnya di wujudkan
dari beberapa aturan atau ketentuan administrasi. Prinsip ini bisa di rinci
lebih lanjut, misalnya kegiatan yang ajeg
yag di perlukan untuk mencaoai satu tujuan dari birokrasi haruslah di bagi
secara jelas dan pasti kepada para penjabat. Ototritas yag di berikan keada
penjabat, di perlukan untuk memeperjelas tugas yang telah di serahkan kepadanya
dan secara jelas memberikaan batas-batas aturan tentang hal-hal yang boleh di
kerjakan olehnya dan pejabat lain. Kelengkapan car-cara lain, seperti misalnya
menjamin kelangsungan pengsian jabatan harus di perjelas dan di pertegas, hanya
orang-orang yang mempunayai persyartan dan ketentuan sajalah yang bisa diangkat
dalam jabatan tersebut. Hal yang saya sebut ini di organisasi pemerintahan
dinamakan kewenaggan birokratis.
“prinsip
kedua” lanjutnya, “diterpakan jenis tata jenjang dalam kedinasan” dan tingkat kewenagnan. Prinsip ini
mengandung makna bahwa ada tatanan di tigkat atas mempunayi kewenagngan
mengawsi dan mengendalikan tingkat di bawahnya. Prinsip hirarki kewengan ini
dapat di jumpai pad asetiap susunan birokrasi,baik di negara, organisasi
dinamis, dan dalam perusahaan-perusaan swata”
“mengapa
haarus ada pembedaan tingkat yang hirarkis”? Tanya saya menyala.
“sebab,
kalau tidak di atur sedemikian, manusai ini ingginya di atas terus bahkan
sebaliknyaselalu minta di bawah, pendek kata agar terjadi keserasian kerja,
keharmonisa, dan rasionalitas. Coba bayangkan,lulusan temple ini maunyakan
menjadi pimpinan di atas. Kalau semua mau datas siapa ynang mau di bawah,?
Tanya sambil tertawa berbarang bersama batuknya.saya pun ikut tertawa tiba-tiba
bola football yang bulat lonjong yang dimainkan oleh mahasisiwa hitam di
halamamn rumput depan kami duduk, terlempar kea rah kami, hamper saja mengenai
perut max weber yang buncit, untungnu tanagan saya cepat menangisnya,mahisswa
hitam tadi datng memeinta maaf, dan di pungutnya bolanya.
“prinsi
ketiga,” managemen yang medren haruslah didasrkan dengan dokumen-dokumen yang
tertulis, yang aslinya tersimpan tahan lama dan dalam bentuk yang kuat. Oleh
karena itu harus ada satua organiasi dan pegawai yang bertugas untuk itu”disini
max weber berhenti di rogoh sakunya dan diambilnya ceretu;
Pikiran
saya melayang ke jombang, ke serambi masjid darul ulum. Prinsip ketiga
birokrasiya max weber ini mengikatkan saya kepada pengaaiian guru saya. Agma
islam mengharuskan bagi pemeluknya yang melakukan usaha berdagang supaya di
dasarkan atas cataan-catatn tertulis. Dalam hal ini pikiram weber sejalan
dengan isi pengajian di rejoso dulu.
“prnsip
keempat, spesialisasi dalam managemen atau organisasi, hruslah di dikung oleh
keahlian yang terlatih, kelanjutan dari prinsip hirarki di atas adalah
spesialisasi ini. Dalam spesialisassni ini penajabat dukungnya haruslah seorang
ahli yang erlatih, umpamamnya, perpustakaan di depan kita ini, merupakan bentuk
spesialisasi managemen universitas temple.
“prinsip
kelima,hubungagn kerja antara orang0orang dalam organisasidi dasarkan ata
prinsip impersonal hubungaan ini
jelas tidak memberiakan bagi berbagai aspirasi yang sifatnya pribadi. Belas
kasih, cinta kasih, kasih saying, kesedihan, dan kesenangan, jangan
mengintervensi ke tat hubungan birokrasi ini, kalau itu msuk, maka rsional
litas tidak bermakna lagi”.
“sekarang
bagaimana apliksi prinsip-prinsip yang saya kemukakan itu pada organisasi
pemerintahan? Katanya melanjutkan, setelh beberap saat berhenti.
“mengapa tuan pilih opemerintahan sebagai sasaran
aplikasi konsep tuan ? balik saya yang bertanaya
“ya, karena dia merupakan organisasi yang besar di
dunia kita ini, selain itu kita tidak bisa menghidar dari satuan aktivitas
pemerintahn itu. Semua ornag terikat senantiasa berhubungan denagn organisasi
yang satu ini,” ucapnya menyakinkan saya.
“dalam kaitanya dengan pemerintahn ini, ada tiga hal
yang tidak boleh di lupakan mengai otoritas, katanya memulai keterangan. Saya
jadi heran sendiri, apa yang baru saya pikirkan terjawab oleh weber.
“padangan saya mengenai otoritas mencakup tiga hal
yang saya katakana tadi. Tigs hal hal itu yakni:otorittas tradisional,otoritas
khaismatik, dan otoritas legal rasional.
“dapatakah tuan menjelaskan ketiga perbedaanya ?”
sasya menyala.
“ya. Ya. Akan saya jelaskan berikut ini,”jawabnya seakan-akan
mengencam kesabran saya
“otoritas tradisional, mengklaim lestimasi dalam
basisi keaslian dari kekuasaan mengontrol dari yang di warisi dari masa lampa
dan yang masih dianggap ada dan berlakusampai saat sekarang seseorang yang
mejalankan otoritas dalam sisitem tang tradisional ini sementarara mencari
keselarasanya denagn aturan-aturn tradisional yang di turunkan masa lalu
tersebut. Ototritas macam ini tidak menyenagi adanya perubahan. Seseoarang yang
melaksanakan otoritas ini takut mengembangka cara-cara tradisional ini, karena
kwatir akan memebahakan legistimasinya. Atributnya bahwa wilaya kontrl, terbuak
untuk di diskusikan bagi orang=orang yang menduduki posisi-psisi kewenagan dalam sisitem
tersebut. Hal-hal semacam ini akan menciptakan hubungan-hubungan pribadi secara
intensif di anatara atasan dan bawahan. Sehabis menerang otoritas ini di
robihkanya lagi kantongynya dan di keluarkan sebatng cerutu.
“ini apel tuan. Istri saya tadi memasukan apel ini
ke rangsel saya”, saya tawarkan dua buah apel itu kepdaya, di mengambilnya
satu.
“terimakasih, saya senang sekali buah apel.” Katanya
sambil menggit dan mengunyah buah apel tersebut. “senamg sekali mempunayai
istri serperti tuan,” katanya memuji, “saya teringat istri saya” katanya
kemuian. Saya tersemyum sambil mengunyah buah apel.
Perut saya tiba-tiba terasa lapr, rasanya saya belum
makan siang. Saya lihat max weber berdiri dan memebetulkan celananya yang
kusut.
“tuan ada kelas”? Tanya kepada saya.
“tidak tuan,” jawab saya singkat.
“bagsimana kalau besk kita berjumpa lagi disisni ?”
katanya memeinta persetujuan saya.
“senank sekali, kebetuan besok saya tidak ada
kelas,” jawab saya
“OK kita berpisah dulu Tuan.”katanya sambil menjabat
tangan saya
“terima kasih tuan atas semua keterangannya yang
sangat berharga itu,” kata saya berterimakasih.
“you are
welcome,” katanya memebalas.
“ bisa tidur nyenyak tuan semalam.? Tanya saya
setelah dia duduk dan bersandar di tembok pengyangga menara lonceng.
“pulas sekali tuan,” jawabnya sambil tersenyum.
“ada hal=hal baru yag perlu di terangkan lagi kepada
say tuang ? tanya saya
“sya justru akan bertanya kepad tuan, adakah sesuatu
yag tuan tanyakan kepada saya ? balik dia bertanya kepda saya.
“O, kalau begitu ada tuan, jawab saya sambil
memebuka catatan yang telah saya siapkan. “ada ada sementara ahli yang mengkritik
konsepsi tuan, yang saya nilai agak kejam dari warean bennis. Pada tahun 1978
bennis mermalakan bahwa sekitar 2 sampai 50 tahun kita akan menyasksikan hayat
dari birokrasi. Bagaimana komentar tuan tentang itu ? Tanya saya
“bennis memeang mempunyai lasan yang bisa saya
terima kalau tuan tahu werren bennis termasuk tokoh dalam ilmu perilaku, maka
tuan akan memahami mengapa tuan berasumsi seperti itu, bennis da[at banyak
pengaruh dari kaun “futurologist”seperti misalnya Bertrend de Jouvenal, Daniel
Bell. Olaf Helmer. Dan yang lain, karena itu pkiranya sellu di hgelitik masa
depan. Seperti yang tuan katakana kearin bahwa pemikiran untuk memandang
hubungan personal di perhitunga di dakam konsep saya, maka bennis arahnya
seperti itu.
“apa yang tuan maksud dengan sifat cenggeng itu?”
sela sya tidak sadar.
“semua sifat personal itu akan di turuti umunya
bernada cenggeng tuan. Itulah saya tidak berkeinggianan mencapur aduk
antararasioanal yang dsarnya disini, (sambil telunjuk tangannya menudng dan
mekan-nekan dhinya)dan hal-hal yang cengen yang berda disini(sambil menekan
dadanya). Dia berhenti sejenak sambil bibirnya mengelum senyum.
“kalau demikian tuan juga termasuk kaum
“futurologist”bukan? Yanya saya padanya
“bukan tuan, kalau saya kebetulan berpikir untuk masa
depan seperti itu menurut ilmu saya saya agar konsep-konsep berlku untukmasa
yang lama melampaui masa-masa say, “ jawab agak bimban.
“itu namanya futurologists tuan, menurut saya yang
tuan terang kan tafdi,”kara saya mencoba menegaskan kepadanya.
“terserah tuan bagaimana tuan menemakan saya yang
tua Bangka ini”, jawab pasrah.
4.
Komunikasi
Yang Manusiawi
Semua makhluk yang di ciptakan rabbul alam dapat
berkminikasi dengan sesamanya. Burung merpati denagan burung merpati, semut
dengan semut, setan dengan setan, jin dengan jin. Mereka semua itu mengunakan
isyarat yang dapat mudah di mengerti di anatara meraka sendiri. Hanya dalam
hal-hal yg jelas dan tertentu dan mestinya dengan seizing penciptaya.
Makhlu-makluk tertentu bisa berkomunikasi dengan makhluk lainya. Misalnya,
manusia bisa berkomunikasi dengan anjing,
“orang berkomunikasi dengan orang” kata professor
silberman, guru saya dalam teori komunikasi antar manusia di temple universitas,
“prosesnya melalui beberapa tahun. Sebagai manusia yang di karnuiai sifat-sifat
manusia dan rasional, sebelum berkomunikasi orang berpikir apa kira-kira yang
akan di kumunikasikannya. Proses berpikir yang melbtkan energy dan perasaanya
itu kemudia di komulatifkan menjadi buah pikiran atau ide yang akan di
sampaikan kepada pihak lain. Kalau orang lain di ajak berkomunikasi tidak mau
mengerti proses ini, perwujudanya mereka tidak mempunyai emphaty dan tidk mau menghargai lawan bicara. Inilah komunikasi
yang fatal diantara manusia, kareana itu jika kita berkomunikasi denagn orang
lain, berikan pekanan bahwa lawwan bicara kita manusia yang bisa berpikir dan
memepunyai perasaan seperti manusia. “ pesan professor Silberman. Saya
renengkuan kata-kata guru saya itu. Memeang sulit sebenarnya mengatur manusia
ini. Bagaimani a kita bisa memeinta orang lain untuk mendegarkan apa yang akan
kita ucapkan. Manusia mempunyai hak untu tidak mau mendegarkandan juga
memepunyai hak untuk mendengarkan. Untuk yang tidk mau mendengarkan bagaimana
caranya, atau hak kita untuk memeina mereka mau mendegarkan, ah. Iniperkara hak
asasi manusia. Adkah kaitanya hak asasi dengan tatakrama manusia berkomunikasi.
Demikian beberapa hal yang menganggu pikiran saya ketika mendengarkan kuliah
dari guru saya itu, lalu berucaplah day hal itu menannyakan hal itu kepasanya.
“secara politis memang benar mkita mempunyai hak
untuk tidk mendengarkan. Tetapi secara etis kita manusia seharusny kita
bersikap wajar sebagai manusia berhubungan dengan manusia lain” jawabnya sambil
tersenyum.
Dalam aktif mendengar, kita diminta menghayati dan
merasakan apa yang dihayati dam dirasakan orang lain yang bicara kepada kita.
Dalam istilah psikologi, kita harus mempunyai emphaty ini, kita di jauhkan mempergunakan kata-kita yang bersifat
atau bernilai (judgement). Cobalah rasakan apa
yang di kemukakan, dan kmudian berilah dorongan atau tanggapan yang
merangsang dia mau lebih percaya keapada kita seperti:
-
O,
bagus,
-
Menarik
sekali
-
O,
iya
Atau kalimat seperti :
-
Coba
ceritskan tentang itu
-
Saya
tertarik mendengar apa yang anda ucapkan
-
Coba
kmari kita bicarakan bersama
-
Nampaknya
sangat bagus pendapat udara
Demikian pula ucapan yang bernada penerimaan
(acceptance) seperti:
-
Anda
mempunyai pendapat yang benar untuk hal itu
-
Saya
sangat menghargai anda yang mau berterus terang
-
Saya
akan banyak belajar dari anda
-
Peb=ndapat
anada sangat bermanfaat untuk di dengar
Kata-kata dan ucpan kalimat seperti di atas bernada
tidak menilai pembicara (non judgemen). Dan kata-kata serta ucapan di atas
seyongyana di pergukanakn secara dalam berkomunikasi dan mendengar secara
aktif.
Kejadian yang sering kita alami dan kita ketahui di
birokrasi, masih bnyak kumunikasi dengan menilai terlebih dahulu lawan bicara
kita, apalagi jika persangka buruk ikut terlibat. Lebih parah lagi jika
pem=namolian lawan bicaara sudah tidak berkebaan di hati kita. Seorang pegawai
rendahan yang penampilanya tidak bisa kita paksakan segagah kita, acapkali
mengalmi nasib yang jelek dengan komuniksi denganatasanya. Membuang muka sambil
di lyani denagn membaca Koran, muka atasan yang tidak jernih, di layani sambil
melihat jam tanganya, dijawab dengan suara singkat tidak keluar dari mulutnya,
dan banyak lagi cara-cara lain yang membuaat bawahan kita kecil hatinya kalau
mau menemui atasanya, teringat say akan pak samiyo perseruh merangkap tukang
kebun fakultas yang “gagap” kalu menghadap atsanya. Tetapi bicaara lancer dan
sendewa tawa yang meraih kalau komunikasi dengan sesame pesuruhnya. Teringat
pula mahasiswa saya yang keluar keringat dinginnya kalau mau menghadap dekanya.
Sea banyak lagi fregmentasi perlakuan yang kurang manusiawi dalam komunikasi
birokrasi maupun antar manusia di bidang lainya.
Ronald levy dalam bukunya tentang self-revalation
tbrougb realitionship berujar bawha dalam hunbungan dengan manusia. Suatu hal
yang tidak boleh di lupakn ialah
memahami diri atau “self”dari manusia itu sendiri. Setip orang, kaatnaya,
adalah unik. Karena orang mempunyai banyak hla yang sama dengan yang lainya.
Beberapa aspek yang ada di dalm diri kita ke uni-unikan sebagai seorang
individu, oleh Ronald di sebutkan diri atau “self” atau “kepribadian” kita.
Itulah sebabnya kita semua berkeingginan untuk membagi atau “share” tentang
kenyataan atau kesamaan bahwa kita unik tadi seama kita. Jadi dengan demikian,
kesamaanyang ada diantara seasma manusia ialah masing-msing manusia itu
mempunyai kpreibadian satu “self”. Ke unikan berikutnya bahwa kpribadian yang
ada di dalam diri masin-massing itu tidak ada yang sama, tidak ada diantara
kita sama persis di antara lain, kerean kperibadian itu mempunyai dua factor
yang utama, yakni factor yang membantu kita menggenal keuniakn tadi, dan factor
yang menyatukan yang membuat kita bersatu dengan yang sesamanya, memahami
kontruksi “self” ini amat penting di dalam komunikasi antar manusia, Ronald
membantu kitamemahami self itu dengan memgambarkanya empt jendela sebai
berikut:
I II
TSL TS
Tahu
Diri Sendiri Tahu
Diri Sendiri
Dan
Orang Lain
III IV
TL TTSL
Tahu
Orang Lain Tidak
Tahu Diri Sendri
Dan
Orang Lain
Candela
pertama memberikan gambaran bahwa ada sementara orang yang mengetahui tentang
diri sendir dan orang lain. Dan gambaran tentang sesuatu yang bisa di ketahui
oleh dirinya dan di ketahui oleh diri orang. Jendela ini memberikan kesempatan
orang unk member tahu “share” dengan orang lain, misalnya haal-ha yg bisa
diketahui oleh orang lain. Nama, latar belakang, pendidikan, keluarga tempat
kelahiran, dll.
Candela
kedua, terisi hany orang-orang yang thud an boleh di ketahui dirinya sendiri.
Orang-orang ini tidak berkeinginan mengetahui diri orang lain dan apa yang ada
di dirinya tidak ingin di ketahui orang lain. Candela ini peuh terisi
kerahasian. Banyak yang di sembunyikan dan sedikit yang di bagi bersama,
pengalaman dan peraksaaan seksual, kesan negative dengan orang lain, jumlah
penghasilan, dan umur, (orang berusaha menetupinya)
Candela
ketiga dpat di pakai oleh orang-orang yang mahu tahu orang lain. Akan tetapi
tidak punya niat untuk membagi tahu. Oran macam ini barangkali di sebabkan
untuk ingin melindungi dirinya dari rasa malu, dakit, atau kecewa, misalnya
karena adanyaa hambatn fisik atau bau nafas yang kurang sedap, kebiasaaan
gemetar kalu bicara, (nervous) dan hal-hal yang sejenis
Candela
keempat terisi oleg orang-orang yang tidak mau tahu akan dirinya dan sesuatu
yang berasal dari orang lain, oran berdiri di depan cendeal keempat nibiasaya
coba melpakan segala pengalaman diri masa lalu yang tidk seap, penuh dosa, dn
tidak ingin di ulanggi lagi.
Tiga
orang ahli komunikasi antar manusia, masing-masing James McCroskey, Carl
Larson, dan Mark Knpp, dalam buku yang di karang bersama In introduction to Interpesonal Communication, mengatakan
bahwa ada jarak social (social distance) antara orang-orang yang terlibat dalam
komunikasi. Jarak itu terbentang antar apngembang dan penerima komunikasi, dan
jarak social iniberupa homopoli dan heterpoli (homoli and beterpholy) anatra orang-orang yang terlibat dalam
komunikasi dapat dikatakan bahwa ada persamaan atribut antara sumber dan
peneriama komunikasi, jarak social sebagai aatribut antara sumber dan peneriama
informasi itu dapat di sebutkan misalnya, kesamaan aau sama tingkat pendidikan,
tingkat social dan ekonominya, gambar berikut ini dapat menolong memahami ke
dua macam jarak social berikut:
Sumber (Tinggi) Penerima
(Tinggi)
A A
Homopili
Heteropili
B B
Optimal
Heteropili
Rendah Rndah
Orang-orang
yang mempunyai tingkat kesamaan atau hmopill cenderung mau melkukan komunikasi
sesamanya, dari gambar di atas antara sumber informasi A denag penerima
informasi Ayang kedudukanya sama-sama tinggi tingkatanya. Seorang penjabat
eselon dua satu dapertemen maunya berkomunikasi dengan dua pejabat esolan di
dapertemen lain. Jarang di jumpai du pejabat esolan mau berkomuniksi dengan
empat pejabat eselon. Seorang istri pejabat cenderung hanya mau berkomunikasi
dengan istri pejabat yang sama tingkatanya dan jabatanya. Jarng di jumpai istri
pejabat tinggi mau (menegur) istri jabatan di bwahnya.
Menurut tiga penulis di atas tadi, komunikasi yang
di lakukan oleh orang-orang yang homopilus akan lebih ofektif. Sebaliknya
komunikasi atar orang-orang heterpilus kurang efektif. Senaliknya komunikasi
antar orang-orang heterfelus kurang efektif. Dalam gambar, komunikasi antar
sumber informasi A yang mempunyai tingkat yang lebih tingi daaripada kedudukan
penerima informasi B merupakan contoh hetorefoli dalam komunikasi. Dalam
komuniasi hiteropoli, suatu pertnayan yang perlu di enengkan ialah sampai
seberapa jauh perbedaan itu di seyongyakan.
Lawan dari
defensive ialah sikap yang suporif. Skap suportif sialah sika yang mendorong. Merangsang, dan menghargai, lawan bicara kita,
Gibb merinci beberapa cirri dari dua kategori komunikasi sebagai berikut:
TABLE 1
Kategori sifat-sifat dari suasana komuniksi
Yang difensif
dan suportif
Suasana Defensif Suasana
Suportif
1.
Penilian 1. Penjelasan
2.
Pengawsan/control 2. Orientasi Masalah
3.
Strategi 3. Spontanitas
4.
Netralitas 4. Empathy
5.
Superioritas 5. Kesamaan
6.
Kepastian 6. Kesemtaraan
Kalau kita sebagai pejabatasan atasan dalam
birokrasi seringkali menciptakan sesuana yang difensif misalnya: seringkali
melakukan penilian, pengawasan, peneknan pada strategi, menunujukan
superioritas kita, walaupun suatu ketika kita untuk melakukan cirri-ciri
defensive di atas, kita akan memperolaeh jawban dari bawaham kita tetap dalam
krangka defensive tersebut, contoh dalam birokrasi dalam rumah tangga, seorang
ibu yang selalu menciptakan suasana yang defensive, suatu ketka dengan
baik-baik mencari anak kesayanggan dengn mengucap “bobby, di mana kau ? ana
yang di cari akn menjwab, “ma, saya tidak melakukan itu kok,” jwaban bobby itu
jelas tidak menunjukan sifat yang defensive. Karean dia tahu bahwa namanya
selalu menilai, mengontrol, menunujukan sikap superriornya, dan menekankan
semua yang di kerjakan dengan anaknya harus pasti.
Dala banyak hal komunikasi yang ideal, di harapkan
terhadapnya simulasi dewasa kemudian diikuti dengan respon yang dewsa pula,
keadaan seperti ini akan menyajikan proses interaksi yang matang antarra yang
berinisiatif melakukan transaksi dan mejawabnya.
Dalam banyak ha komunikasi yang ideal, di harpakan
terhaapnya stimus dewasa kemudian di ikuti dengan respon yang dewasa pula.
Keadaan seperti ini akan menjajikan proeses transakasi yang mantang antara yang
berinisisatif melakukan transaksi dan yang menjawab.
Orang tua dan egonya dalam bahsa transksi sosialnya
akan memepergunakan kata-kata dan ungkapan sebagai berikut:
-
Selalu
-
Tidak
pernah
-
Karena
-
Harus
-
Apa
yang akan bakal di katakana oleh tetangga kita
-
Pasti
-
Jangan
kwatir
-
Semuanya
akan beres
-
Semuanya
bisa diatur
-
Hai
saying
-
Baguslah
-
Coba
saya benarkan untukmu
-
Coba
saya tolong
-
Kami
sealalu melakukan dengan cara demikian’
-
kami
tidak pernah mealukan hal itu
-
jika
saya seperti kamu, maka
kadang orang tua juga sering melakukan evaluasi.
Dalm hal ini bahasanya sebagai berikut:
-
anda
berbuat baik sekali
-
bagus
-
jelek
-
salah
dll,
selain itu gaya orangtua juga dapat pula dilihat
dari sikap dan gerakn yang di lakukanya. Sikap dn gerakan itu antara lain:
-
menunjuk
dengan telunjuk
-
tersenyum
-
memutar
bola mata keatas dank e bawah dn kiri kanan
-
menggukkan
kepala tanda setuju
orang dewasa sering kali dalam transaksinya
mempergunakan kata-kata atau kalimat seperti berikut:
-
menggapa
-
apa
-
kapan
-
dimana
-
ya
-
tidak
nadasuara dapat berupa sebagai berikut:
-
memekik
-
tertawa
terbahak-bahak
-
bersumpah
-
menggoda
-
bermain-main
dan ekspresi raut mukanay dapat dilihat sebagi
berikut:
-
main
mata
-
merajuk
-
mata
berkaca-kaca
-
gembira
-
mengangumi
demikian beberapa bahsa, gerak, raut muka dari tiga
macam ego yang di kemukaakan oleh masing-masing ego dalam transaksi sosialnya.
Ketiganya akana terliahat mana kala orang-orangya yang didominasi oleh
masing-masing ego yang berkomunikasi antar pribadi, apapun bentuk transaksi
yang di lakukan oleh atra orang-orang dalam kesatuan sosialnya. Maka keadaan
ketiga ego yang diuraikan di atas akan nampa.
Setiap transaksi dapat di kelompokan atas tiga
macam, antara lain:
a.
transaksi
komplimentar
b.
transaksi
bersilang, dan
c.
transaksi
ulterior.
5.
Kepemimpinan
Partisipasi
Gajah sama gajah bertngkar, pelanduk mati di
tengah-tengah. Ini peribahsa melayu.pribahsa ini mengabrkan betapa pentingnya
peranan pemimpin. Artimya, jika pemimpin sama pemimpin bertengkar, maka
korbanya rakyat kecil.
Pimpinan birokrasi, kata dosen saya, merupakan
pemimpin yang diangkat dalam suatu jabatan oleh pejabat yang berwenag. Dia
menjadi pemimpin karena mengaplai suatu unit organisasi tertentu. Di mempunyai
bawahan atau staf sebagai pengikutnya, para bawahan itu berada pada garis
komandanya. Merak berda di situ karena teah di atur oleh yang berwenagn
mengaturnya, semua di batasi oleh aturan
main yang telah di tetapkan, bahkan apa yang telah di ucapkan rentnag komandanya
seakan-akan tealh di atur oleh komandan tersebut, pimpinan birokrasi ini
dilihat aturan yang mengikatnya seakan-akan tidak bebas dari pimpinak non
birokrasi. Di namakan pimpinan karena ada wujudnya dia bertugas memminpin,
mengarahkan, dan mengendalikan, baik orang-orang yang ada di kesatuanya atuapun
fasiltas lainya yang berada di dalam wewenang.
Kepemimpinan dalam suatu organisasi memang selalu di
mulai dari system yang formal. Peran ini di wujudkan dalam hirarki kewenangan.
Seperti misalnya jabatan peresiden, wakil presiden, rector,dekan,camat, dan
komandan sector,. Kewenangan yang ada tersebut merupakan kekuasaan legitimasi,
artinya. Kekuasaan yang melekat pada jabatan tersebut untuk yakinkan bahwa
individu yang berada jabatan di bawahanya telah memenuhi persyaratan yang telah
di tetapkan oleh peraturan yang ada.
Berdasrkan pemikiran ini maka dapat di bedakan
secara jells antara kepemimpinan yang sukses dan yang efektif. Sebagi contoh
atas perbedaan keduanya saya kemukakan sebagai berikut: seorang pemipin A
(tepatnay atasan atau manejerA) berusaha mempenaruhi orang lain B untuk
mealkukan [ekerjaan tertentu. Usaha A dapat di katakana sukses atau tidak akan
tergantung pada usaha B dalam menyelasikan pekaerjaan tersebut, kesuksessan A
dapat di gambarkan dalam garis kontinum seperti ini (saya menggambar di papan
tulis, mejeaskan uraian saya):
0
Sukse
kepemimpinan Perilaku
A B
Bertujuan Resultan
0
Tidak
Sukses
Sukseskan tersebut beranjak dari titik yang sangat
sukses sampai ke titik tidak sukses. Seanadinya kepemimpinan A itu sukses,
dengan perkataan lain respon B terhadap timulasi kepemimpinan A berda pad
belhan sukses pad garis kontinum, kejadian ini bertujuan bisa memberikan arti
kepada kita bahwa kepemipinan tersebut efektif, jika gaya kepemimpinan A tidak
menjamin adanya kesamaan penghargaan B, dan jika B hanya terpaksa pekerjaan itu
karena kesuksesan A, dapaat di katakana sebagai kepemimpinna yang sukses, akan
teteapi bukan efektif, B hanya merespon terhadap keingginan A, karena A memliki
seperankat sanksi baik berupa penghargaaan atau hukuman. Dan yang terpenting B
tidak melihat kebutuhany bisa dicapai dengan memuaskan tujuan atasanya atau
organisasinya.
Sebaliknya, saya jelaskan lebih lanjut seandainya
kepemipinan A menghasilkan respon yang sukses, dan B melakukan pekerjaan itu
denagna kebutuhanya (aslinya: rewarding) B mersa horamat pada A, rela dan
senang hati, mau bekerja dan di perintah olehA. Kepemimpinan A
disinimencerminkan kekuasaan jabatan dan kekuasaan pribadi. Hal seperti ini dapat
di katakana kepemimpinan yang efektif. Efektifitas ini juga bergerak dalam
garis kontinum antara yang efektif dan yang tidak efektif. Kembali saya
gambarkan yang saya maksudkan tadi di papan tulis:
0
Efektif
0
Sukses
0
Tdk efektif
Kepemimpinan
Perilaku
A B
Bertujuan Resulutan
0 Tdak Sukses
Sukses harus di hubungkan dengan bagaimana sesorang
atau kelompok berprilaku, sebaliknya efektifitas di kaitkan denganpernyataan
internal atau predisposisi dari seseorang atau kelompok. Jika seseorang
tertarik hanya skses saja, maka ia menekankan pada kekuasaan jabatan dan
mempergunakan wawasan tertutup. Sebaliknya, jika seseorang dikatakan efektif
kalau orang tersebut mennunjukan kekeuasan personal dan memprgunakan wawasan
terbuka. Kekuasaan jabatan cenderung di limpakan ke bawaah sepajang jalur
kekuasaan hirarki organisasi, sementra kekuasaan pribadi (personal) di hasilkan
dari bahaw mealaui pengakuan paa pengikutnya.
Perilaku kepemimpinan yang lebih berorientasi pada
tugas dapat dikenali dengan cara berikut:
-
Meminta
dn kadang-kadang member keterangan (informasi)
-
Mengarahkan
dan memperjelas peran yang harus di arahkan
-
Menyimpulkan
ketrangn dan tuga yang akan di berikan
Sedamngkan perilaku pemiliharaan tata hubungan
kemanusian dapat di kenali dengan cara berikut:
-
Mendorong
terwujudnya peran serta (participation)
-
Dalam
berkomunikasi lebih banyak menunjukan sikap sebagai fasilitator
-
Lebih
menyukai usasha menurunkan tegangan tinggi (aslinya:tension reliever)
-
Lebih
bersikap sebagai penghangat terhadap proses pelaksanaan kerja daripada
pengendali
6.
Perilaku
Birokrasi
Di dalam literature barat, yang sering kita jumpai
selama ini adalah buku-buku yang membahas tetang perilaku ora=ganisasi atau
perilaku administrasi, jarag di temui istilah perilaku birokrasi. Saya pakai
istilah itu karena saya akan prnrnkanan tentang bagaimanasiskp dan aktivitas
birokrasi yang cock dengan lingkungya. Kalau organisasi atuau birokrasi bisa di
perilaku, mengapa tidak untuk birokrasi?, padahal, baik organisasi,
admnistradi, ataupun birokrasi sama-sama satu sisitem. Oragganisasi merupakan
kumpulan orang yang memepunyai sikap dan perilaku, tertentu di dalam usaha
bekerja mempunayai satu tujuan. Administrsi suatu system yang bekerja ssama
tersebut yang memepermudah usaha suatu organisasi, demikina pula birokrasi
system yang berusaha memeahami periklaku-perilku diu dalam organisasi agar
tertap rasional sehingga efektif untuk mencapai tujuan organisasi tersebut,
dengna melihat kenyataan sepeeti itu, makak layaklah tulisan ini
mengetegahkan gagasan tetang perilaku
birokrasi.
Perilaku merupakan sutu fungsi dari interaksi
anatara seorangindividu dan lingkungannya, ini formal pisikologi, dan
memepunyai kandungan pengertian bahwa perilaku seseorang itu tidak hanya di
tentukan oleh dirinya sendiri, melainkan di tentukan sampai beberapa jauh interaksi
antara dirinya denagn lingkungya, formula pisikologi ini dapat di tuliskan
denagn rumus sebai berkut.
P =
(I,L)
P =
perilaku
F =
fungsi
I =
individu
L =
lingkungan
Perilaku
birokrasi pada hakikatnya merupakan hasil interaksi aatara individu-individu
dan organisasi. Oleh karena itu untuk memahami perilak birokrasi sebaiknya
diketahui terlebih dahulu individu=individu sebagai pendukung organisasi
tersebut.
Individu membwa tantanan ke birokrasi, kemampuan,
kepercyaan diri, pengharapan, kebutuhan, dan pengalaman mas alianya, ini semua
merupakan karekteristik individu. Dam karekteristik ini akan di bawa olehnya
manakala individu itu tersebut akan memasuki suatu lingkungan baru, semisal
birokrasi atau organisasi macam ini, adpaun birokrasi yang di pergunakan
sebagai system untuk merasioanl organisasi itu juga mempunyai karekteristik
sendiri karekteristik nya dapat di amati dalam bab “percakapan imajiner denga
max webber” antara lain: adanya keteraturan yng berwujudkan hirarki \, adanya
pembagian kerja, adanya tugas-tugas dalam pembagian tertentu.
Jika karekteristik individu yng di sebutkan di atas
berinteraksi dengan karaekteristik birokrasi tersebut. Maka timbulah perilaku
birokrasi. Model umumnya dapat di gambarkan sebagai berikut
Karekteristik
Individu
-
Kemepuan
-
Kebutuhan
-
Kepercayaan
-
Pengalaman
-
Dan
lain-lain
Perlilaku
Birokrasi
Karekteristik
Birokrasi
-
Hirarki
-
Tugas-tugas
-
Wewenang
-
Tangung
jawab
-
Sisitem
reward
-
System
control
IDENTITAS BUKU
Judul : Perspektif Perilaku
Birokrasi
Pengarag : Drs. Miftah Thoha, MPA.
Penerbit : PT Raja Grafindo
persada, Jakarta
Halaman : 192 halaman
Jumlah bab : 6 bab
TUGAS
Study Birokrasi Publik
MERESUME
DISUSUN OLEH:
MUS MULYADY
1301120713
ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS
ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS
RIAU
2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar