BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendekatan dalam ilmu politik Dalam
pandangan umum ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang dapat di uji kebenarannya
melalui suatu eksperimen terkontrol. Namun manusia adalah makhluk yang kreatif.
Manusia selalu melakukan hal-hal baru yang tidak dapat diamati dalam keadaan
terkontrol. Oleh karena itu untuk memahami politik sebagai ilmu, banyak orang
yang menggunakan cara pendekatan-pendekatan khusus.
Pendekatan
merupakan cara memperoleh suatu pengetahuan, dengan berdasarkan pengamatan akan
hal tertentu. Beberapa pendekatan dalam ilmu politik yaitu: pendekatan
institusonal-legal, pendekatan perilaku, pendekatan neo-Marxis, pendekatan
pilihan rasional, dan pendekatan institusionalisme baru.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud pendekatan dalam ilmu politik ?
2. Apa
saja pendekatan dalam ilmu poliitik ?
C.
Tujuan
Penulisan
1. Untuk
mengetahui yang dimaksud dengan pendekatan dalam ilmu politik.
2. Untuk
mengetahui apa saja pendekatan dalam ilmu politik.
BAB II
PEMBAHASAN
Pendekatan merupakan cara memperoleh
suatu pengetahuan, dengan berdasarkan pengamatan akan hal tertentu. Beberapa
pendekatan dalam ilmu politik yaitu: pendekatan institusonal-legal, pendekatan
perilaku, pendekatan neo-Marxis, pendekatan pilihan rasional, dan pendekatan
institusionalisme baru.
1.
Pendekatan
Institusional-Legal
Negara sebagai pusat kekuasaan (state
power centre) merupakan inti dari pendekatan institusional. Pendekatan
institusionalisme berkembang pada abad ke-19, dimana belum terjadi perang dunia
dan peran negara sangat dominan dalam kehidupan masyarakat. Fokus dari
pendekatan ini adalah segi konstitusional dan yuridisnya. Bahasan
tradisionalnya menyangkut undang-undang, kedaulatan, kedudukan kekuasaan formal
serta yuridis dari lembaga-lembaga Negara.
Pendekatan ini tidak mengkaji apakah
lembaga-lembaga tersebut bekerja sesuai dengan fungsinya, namun pendekatan ini
mendasarkan pada bentuk tertentu (ideal). Juga pendekatan ini mengabaikan
proses-proses dalam politik tersebut. Sehingga pendekatan ini menjadi
statis dan tertutup.
Pertengahan dasawarsa 1930-an
beberapa sarjana Amerika mengemukakan pandangan yang melihat politik sebagai
kegiatan atau proses, dan negara sebagai sarana perebutan kekuasaan antara berbagai
kelompok dalam masyarakat.Pandangan mereka menyebabkan munculnya teori-teori
baru.
2.
Pendekatan
Perilaku
Pendekatan perilaku timbul dan
berkembang di Amerika pada tahun 1950-an seusai Perang Dunia II.Pendekatan ini muncul karena sifat ilmu yang
dinamis dan pendekan tradisional tidak banyak memberikan jawaban terhadap
peristiwa politik yang terjadi. Lebih baik mempelajari perilaku manusia, karena
hal ini nyata dapat diamati. Pandangan ini menganggap manusia sebagai suatu
sistem sosial. Misalkan jika kita ingin mempelajari kebijakan yang diambil oleh
presiden, maka kita akan membahas faktor psikologis presiden (tekanan-tekanan
yang ada), kondisi masyarakat yang bersangkutan, undang-undang yang mendukung,
latar belakang presiden, interaksinya, dan sebagainya.
Pendekatan perilaku telah berkembang
sesuai dengan kaidah ilmiah suatu ilmu yaitu bebas nilai (value free),
pandangan politik peneliti sedapat mungkin dihilangkan. Tersususun secara
sistematis dan terdapat pola perulangan yang bisa diidentifikasi.
Gabriel Almond berpendapat bahwa
semua sistem memiliki struktur (institusi atau lembaga), dan unsur-unsur dari
struktur ini menyelenggarakan beberapa fungsi. Fungsi ini saling berkaitan
dengan sistem dan fungsi lainnya. Sehingga pandangan ini disebut structural-functional.
Sistem politik memiliki dua fungsi, yaitu input dan output,
keduanya dipengaruhi sifat kecenderungan aktor politik. Menurut Almond ada
empat fungsi input dan tiga fungsi output. Fungsi input yaitu,
sosialisasi politik dan rekrutmen, artikulasi kepentingan, himpunan kepentingan
dan komunikasi politik. Sedangakan tiga fungsi output ialah, membuat
peraturan, mengaplikasikan peraturan, dan memutuskan peraturan.Walaupun
terdapat berbagai jenis sistem politik, tetapi ada fungsi tertentu yang sama.
Dalam perkembangannya pendekatan
perilaku dianggap tidak relevan dengan keadaan yang ada, karena memusatkan
perhatian pada hal yang kurang penting, namun mengabaikan hal yang gawat
seperti konflik dan permasalahan sosial.
3.
PendekatanNeo-Marxis
Pendekatan neo-Marxis lahir, di
Eropa Barat dan Amerika pada dasawarsa 60-an. Pendekatan ini lahir saat di
Eropa Barat dan Amerika dilanda konflik rasial, ekonomi, dan sosial.
Kesenjangan ekonomi begitu nyata dalam masyarakat, dimana yang kaya bertambah
kaya, dan yang miskin bertambah miskin. Melihat keprihatinan ini munculah suatu
gerakan untuk mempelajari kembali pemikiran Marx, sebagai suatu alternatif
pemecahan masalah. Kelompok ini menambahkan kata “neo” untuk membedakannya
dengan Marxis klasik yang cenderung komunis.
Para neo-marxis di satu sisi menolak
komunisme dari Uni Soviet karena bersifat represif, namun di pihak lain mereka
tidak setuju dengan aspek kapitalis dalam masyarakat dimana mereka
tinggal.Pemikiran Marx yang menarik perhatian mereka adalah ramalan Marx
tentang runtuhnya kapitalisme. Ramalan Marx ini mereka anggap benar, dengan
disesuaikan kondisi sosial-ekonomi saat itu. Tetapi pembenaran mereka itu,
sudah tidak relevan dengan kondisi dunia abad ke-19 yang menjadi acuan Marx.
Neo-Marxis menekankan kepentingan
ekonomi dalam politik, tetapi politik tidak sepenuhnya ditentukan oleh ekonomi.
Jika pada analisis klasik konflik disebabkan antara kelas sosial yang memiliki
faktor produksi dengan mereka yang tidak memilikinya, namun kaum neo-Marxis
memberi rumusan antara dua himpunan masa. Pertama masa yang memiliki fasilitas
dalam hal ini negara dengan masa yang tidak memiliki fasilitas. Dalam politik
praktis mereka menginginkan desentralisasi kekuasaan dan partisipasi politik
semua masyarakat.
Mereka menginginkan partisipasi
politik dari semua pihak dan kelas untuk mencegah dominasi pihak lainnya, yaitu
masa yang memiliki fasilitas (negara). Sehingga pertentangan antar kelas tidak
terjadi.
4.
Pendekatan
Pilihan Rasional
Pendekatan ini muncul dalam kondisi
dunia yang stabil. Negara-negara di dunia sedang giat-giatnya membangun
ekonomi. Manusia politik (homo politicus) telah bergeser menjadi manusia
ekonomi (homo economicus).Setiap tindakan manusia pasti didasari oleh
keterbatasan manusia itu sendiri. Mereka percaya bahwa kita dapat meramalkan
perilaku manusia dengan mengetahui kepentingan-kepentingan dari aktor yang
bersangkutan. Inti dari politik menurut mereka adalah individu sebagai aktor
terpenting dalam dunia politik. Sebagai mahluk rasional ia selalu mempunyai
tujuan-tujuan yang mencerminkan apa yang dianggapnya kepentingan diri sendiri.
Pendekatan ini memunculkan kecaman
karena menjadikan manusia terutama politisi sebagai makhluk yang egois.
5.
Pendekatan
Institusionalisme Baru
Sifat dari institusionalisme baru
adalah fleksibel, berbeda dengan institusionalisme lama yang statis. Yang
menjadi perbedaan mencolok antara institusionalisme lama dan baru ialah
institusionalisme lama lebih mementingkan aspek yuridis dibandingkan dengan
aspek lainnya.
Institusionalisme baru memandang
lembaga (institusi) dalam negara dapat diperbaiki. Dengan menyatukan visi suatu
institusi dapat diperbaiki untuk mencapai tujuan bersama. Untuk memahami
institusionalisme baru haruslah dipahami dahulu apa itu institusi politik?
Institusi dapat dikatakan sebagai organisasi yang tertata melalui pola perilaku
yang diatur oleh peraturan yang diterima sebagai standar.
Institusionalisme
baru memandang manusia sebagai aktor politik yang dapat bekerja sama untuk
memecahkan suatu permasalahan. Dan setiap warga negara selain mempunyai
kepentingan pribadi, pasti juga mempunyai kepentingan bersama. Untuk menampung semua
itu dibutuhkan suatu institusi yang dapat menampung seefektif mungkin pendapat
aktor politik untuk menentukan kepentingan bersama.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Demikianlah
tulisan ini memaparkan berbagai macam pendekatan dalam ilmu politik. Pendekatan
dalam ilmu politik berjalan sesuai dengan perkembangan zaman manusia. Dimulai
dengan pendekatan institusional yang lebih memusatkan pada bentuk negara ideal.
Setelah itu muncul pendekatan perilaku yang melihat perilaku aktor politik
sebagai objek penelitian politik. Kemudian pendekatan neo-Marxisme yang
menginginkan adanya partisipasi politik aktif setiap kelas.
Pendekatan
pilihan rasional, dan yang terakhir pendekatan institusionalisme baru. Berbagai
macam jenis pendekatan untuk memahami politik, telah menambah kekayaan
ilmu politik itu sendiri. Banyaknya perdebatan antar pendekatan, telah
mempertajam analisis serta saling melengkapi kekurangan antar pendekatan.
Politik tidak dapat dimaknai dengan suatu pendekatan yang buta, karena akan
menimbulkan kefanatikan yang berbahaya.
B.
Saran
untuk pengetahui pendekatan dalam
ilmu politik maka kita harus mengetahui apa saja pendekatan dalam ilmu politik,
oleh karena itu hendaknya kita harus mengetahui pendekatan dalam ilmu politik.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Budiarjo,
Miriam.2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia.
2.
http://handiarto.com/pendekatan-pilihan-rasional-rational-choice,
diakses pada 09 November 2013, pukul 19.23.
3.
http://dibacaaja.wordpress.com/2012/02/26/pendekatan-pendekatan-dalam-ilmu-politik. Diakses pada 09 November 2013, pukul 19.23.
Casino.com Hotel & RV Park - MapYRO
BalasHapusCasino.com Hotel & 태백 출장안마 RV Park. Casino 인천광역 출장마사지 information and reviews about the casino in Casino.com 안성 출장마사지 and 화성 출장안마 Hotel. 태백 출장마사지 Rating: 4.7 · 5 votes